Kamis, 10 Juli 2008

“PEMANFAATAN TELEVISI DALAM PEMBELAJARAN ANAK

Eksistensi televisi sebagai media komunikasi pada prinsipnya, bertujuan untuk dapat menginformasikan segala bentuk acaranya kepada masyarakat luas. Hendaknya, televisi mempunyai kewajiban moral untuk ikut serta berpartisipasi dalam menginformasikan, mendidik, dan menghibur masyarakat yang pada gilirannya berdampak pada perkembangan pendidikan masyarakat melalui tanyangan-tayangan yang disiarkannya.

Secara normatif, siaran televisi mampu menyajikan menu kepada masyarakat tanpa harus mendatangi, tidak membedakan status, kasta, golongan, dan usia selama 24 jam nonstop. Ini berarti televisi tidak dibatasi waktu hari, minggu, dan bulan. Melainkan hanya dibatasi waktu detik, menit, dan jam. Begitu juga, televisi pendidikan yang sementara ini digagas oleh pembuat kebijakan pendidikan oleh elit pusat dimaksudkan sebagai upaya pengkomunikasian informasi, mendidik, dan juga transfer of knowledge, khususnya di wilayah-wilayah pedalaman. Namun demikian, yang menjadi permasalahan di kemudian hari adalah tv bukan lagi hanya wilayah-wilayah marginal saja yang perlu untuk mendapatkan acara televisi pendidikan, melainkan daerah-daerah yang dianggap lebih berkembangpun layak menikmati menu tv pendidikan.

Dalam proses pendidikan perlu adanya media yang dapat menarik minat belajar anak, televisi merupakan media audio visual yang dapat menarik anak dalam memperoleh pengetahuan karena televisi dapat menampilkan gerak dan benda / objek yang sesungguhnya, oleh karena itu televisi sangat efektif untuk menjadikan proses belajar anak menjadi lebih baik.

A. Pengertian Televisi dan Proses Pembelajaran Anak

Televisi adalah suatu perlengkapan elektronis yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara. Siaran TV merupakan medium ampuh (powerful medium) dalam menyebarluaskan informasi kepada masyarakat luas secara serempak. Siaran TV telah memungkinkan masyarakat luas dapat dengan cepat dan mudah mengetahui berbagai perkembangan mutakhir yang terjadi di berbagai penjuru dunia. Siaran TV mempunyai daya jangkau yang luas dan mampu meniadakan batasan wilayah geografis, sistem politik, sosial, dan budaya masyarakat pemirsa, di samping mempunyai potensi sebagai penetratik untuk mempengaruhi sikap, pandangan, gaya hidup, orientasi, dan motivasi masyarakat.

Dalam kenyataan televisi sekarang atau si kotak ajaib, disadari atau tidak telah menjadi alat informasi dan komunikasi yang efektif. Hampir setiap rumah di pelosok Indonesia, bahkan rumah yang tergolong gubuk reot sekalipun, terkadang televisi tetap tersedia. Televisi seolah jadi kebutuhan pokok di masyarakat. Si kotak ajaib ini memang menawarkan tidak saja hiburan, tapi segudang informasi yang up to date/terkini dan detail/terperinci. Gambar-gambar yang disuguhkan memberikan informasi yang lebih lengkap jika dibanding bentuk media massa seperti koran dan majalah. Tak heran jika televisi jadi barang elektronik yang paling di minati masyarakat.

Televisi sudah menjadi salah satu media yang digunakan dalam proses belajar anak. Pesan-pesan edukatif yang disajikan baik dalam aspek kognitif, afektif atau prikomotor bisa dikemas dalam program tersebut. Media televisi sangat efektif karena dapat menyajikan pesan atau objek yang sebenarnya termasuk hasil dramatisir secara audio visual dan unsur gerak. Pesan yang dihasilkan televisi dapat menyerupai benda yang sebenarnya. Oleh karena itu media ini berperan besar dalam proses pendidikan anak. Proses pendidikan anak merupakan segala upaya dan kegiatan untuk membelajarkan dari hal yang tidak tau menjadi tau.

B. Bagaimana Pemanfaatan televisi dalam proses pembelajaran anak

1. Manfaat TV dalam pendidikan

Televisi memiliki potensi besar dalam pembelajaran, televisi banyak dimanfaatkan oleh sekolah- sekolah. Manfaat- manfaat televisi di sekolah- sekolah bagi pendidikan anak- anak antara lain:

· Televisi bersifat langsung dan nyata, dapat menyajikan peristiwa yang sebenarnya terjadi pada waktu terjadinya. Contoh: pada waktu pelantikan seorang pejabat negara, berlangsungnya pembukaan sidang MPR, parade militer dan sebagainya. Melalui televisi kelas juga dapat mengadakan kontak langsung denagn ahli- ahli ilmu pengetahuan dari berbagai bidang keahlian. Mereka melihat dan mendengar secara nyata.

· Televisi memperluas tinjauan kelas, melintasi berbagai daerah dan mungkin juga berbagai negara. Program televisi menyajikan berbagai peristiwa, keadaan penduduk dan kehidupannya dari daerah atau dari negara lain.

· Televisi dapat mencipktakan kembali semua peristiwa masa lampau, baik melalui film atau drama dan sebagainya.

· Televisi dapat mempertunjukkan banyak hal dan banyak segi yang beraneka ragam. Alat ini dapat menyajikan pokok- pokok tersebut satu persatu secara berurutan dan sama baiknya. Mulai dari benda - benda hidup atau berupa program film, mulai dari hal- hal yang aneh sampai ke hal- hal yang biasa terjadi di dalam kehidupan, transportasi, listrik, semua bisa disajikan dengan baik. Demikian pula menyajikan program drama, kesenian, ilmu bumi, sejarah, kesusteraan, musik dan lain- lain dapat disesuaikan dengan tingkatan murid sejak daripra sekolah sampai ke perguruan tinggi.

· Banyak mempergunakan sumber - sumber masyarakat. Melalui program televisi, banyak peristiwa, masalah kegiatan dan sumber- sumber masyarakat lainnya dapat dibawa ke dalam kelas. Masalah dalam sidang ekonomi, industri, sosial, pemerintahan dapat diamati dalam kelas melalui film dalam televisi. Dengan demikian bukan saja ia menjadi media yang efektif, tetapi juga turut mempererat hubungan antara sekolah dengan masyarakat.

· Televisi menarik minat, baik terhadap anak maupun terhadap orang dewasa. Anak pada umumnya senang melihat televisi, karena acara-acaranya yang menarik dan cara menyajikannya yang menyenangkan. Keadaan ini dapat dipergunakan oleh sekolah untuk kepentingan pendidikan. Menarik minat berarti mendorong motivasi belajar.

· Televisi melatih guru. Guru memerlukan kesempatan untuk melihat contoh-contoh mengajar yang baik. Memang kegiatan ini dapat diikuti dengan mengamati berbagai kelas dari berbagai sekolah. Tetapi tentu saja cara demikian kurang efektif terutama dalam efisiensi penggunaan waktu. Televisi dapat mempertunjukkannya di dalam kelas dan memperbandingkan berbagai sekolah dari berbagai daerah.

· Masyarakat akan mengerti tentang sekolah. Pada umumnya orang tua dan masyarakat tidak tahu kegiatan apa yang dikerjakan di sekolah dan bagaimana program sekolah dilaksanakan. Melalui program televisi semuanya dapat diamati dan dipahami. Hal ini penting guna pendidikan anak-anak mereka, orang tua dapat membantu sekolah dengan memberikan saran-saran atau pengawasan belajar di rumah.

2. Memanfaatkan TV dalam pembelajaran

Langkah-langkah penggunaan televisi dalam kelas pada umumnya sama dengan langkah pada penggunaan rekaman, radio dan film atau gambar, yakni persiapan, pelaksanaan dan kegiatan lanjutan.

a. Langkah persiapan

Langkah ini meliputi persiapan guru dan persiapan bagi siswa. Pertama-tama guru menetapkan bahwa penggunaan alat ini adalah dalam rangka kegiatan pendidikan. Dan karena itu guru perlu mempersiapkan jenis program, waktu, pembimbing stasiun yang akan digunakan, nilai pendidikannya, tingkatan kelas dan kematangan anak dan para pelakunya. Agar guru dapat melaksanakan sebaik-baiknya program televisi, perlu diikuti petunjuk-petunjuk khusus untuk itu.

Para siswa pun harus dipersiapkan untuk menerima program yang disajikan agar mereka berada dalam keadaan siap untuk mengetahui apa yang akan diberikan, bagaimana disajikannya dan pengalaman-pengalaman apa yang akan mereka peroleh. Cara mempersiapkan siswa ialah dengan memberikan pengalaman yang berhubungan dengan pokok dalam program, mengadakan diskusi, mengenai hal-hal tertentu dari majalah atau surat kabar yang bertalian dengan program, mengumpulkan gambar-gambar dan bahan-bahan ilustratif, merencanakan cara penerimaan yang memuaskan dengan mengatur tempat duduk, memimpin anak-anak untuk mencatat dan membuat sketsa dan sebagainya.

b. Langkah pelaksanaan

Pada langkah ini para siswa melihat dan mendengar, mengikuti dengan seksama proses yang berlangsung dalam layar televisi. Biasanya tingkat kematangan dan minat sangat berpengaruh dalam teknik penerimaan ini. Dalam hal ini guru sesungguhnya tidak perlu memberi komentar, karena komentarnya langsung diberikan atau tertulis pada layar. Guru memimpin pelaksanaan dengan membuat catatan-catatan, sketsa yang diperlukan dan dapat dilakukan kemudian.

c. Kegiatan lanjutan

Kegiatan lanjutan dilakukan dalam bentuk diskusi kelas. Tujuannya adalah :

a. Untuk menilai program

b. Menjelaskan hal-hal yang kurang atau belum dimengerti oleh siswa.

c. Untuk membuat rangkuman

d. Membantu mengelompokkan persoalan-persoalan

Sesudah mengikuti acara televisi, kelas dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan lebih lanjut sesuai dengan latar belakang siswa, program sekolah, kematangan siswa, banyaknya bahan-bahan bacaan dan faktor-faktor lainnya.

Kegiatan lanjutan itu hendaknya bertalian dengan pokok yang telah diikuti. Selanjutnya kelas bisa melakukan pameran, survei, dan darma wisata, interview, dramatisasi dan mengkorelasikan televisi dengan media lainnya. Yang terakhir ialah mengadakan testting untuk memeriksa kemajuan belajar mereka.

Pendekatan Evaluasi Kurikulum secara Kuantitatif & Kualitatif

Titik awal untuk mengevaluasi sebuah program adalah keingintahuan peneliti untuk mengetahui sejauh mana tujuan program sudah dinyatakan berhasil. Seperti halnya jika mengevaluasi kurikulum yang merupakan suatu kegiatan yang disengaja untuk mengetahui seberapa tinggi keberhasilan kurikulum yang telah dilaksanakan. Evaluasi kurikulum sangat urgen dan bermanfaat terutama bagi pengambilan keputusan, maksudnya pengambilan keputusan apakah ingin melanjutkan kurikulum tersebut ataupun tidak. Alasan yang paling kongkret adalah dengan masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan.
Berdasarkan hasil dari pelaksanaan program evaluasi kurikulum yang telah dilaksanakan ada 4 kemungkinan kebijakan; 1. menghentikan program karena dipandang program tersebut tak ada manfaatnya atau tidak dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan, 2. merevisi program karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan, 3. melanjutkan program karena pelaksanaan program menunjukkan segala sesuatunya sudah berjalan dengan harapan, 4. menyebarluaskan program karena program tersebut sudah berhasil dengan baik jika dilaksanakan lagi di tempat waktu yang lain.er
Dengan demikian untuk mengevaluasi kurikulum dibutuhkan pendekatan yang mengarahkan pada penelitian yaitu dengan menggunakan evaluasi kurikulum kuantitatif dan pendekatan evaluasi kurikulum dengan kualitatif. Makalan ini akan membahas tentang pendekatan evaluasi kurikulum secara kuantitatif dan kualitatif.

Pedekatan Evaluasi Kurikulum :
1. Pendekatan Tradisional
Dalam pemakaian pendekatan tradisional ini untuk mengevaluasi kurikulum lebih menekankan pada mata pelajaran tertentu saja yaitu mata pelajaan membaca, menulis dan berhitung sesuai dengan tuntutan masyarakat pada waktu itu. Penilaian ditujukan kepada hasil-hasil ujian bersifat kecerdasan saja. Usaha memahami murid secara individu hanya dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang merupakan bahan pokok dalam silabus kurikulum sekolah. Penguasaan mata-mata pelajaran itulah yang menjadi tujuan pendidikan.
Pendekatan ini berakhir sejak Spencer 1859 banyak memberikan contoh dalam mata pelajaran menulis dan menunjukkan pentingnya bahasa dan evaluasi kurikulum. Dia telah berusaha mengumpulkan banyak informasi tentang harapan-harapan orang tua mengenai metode mengajar bahasa serta informasi umum tentang usaha peningkatan pendidikan dan tentang hambatan-hambatan yang dihadapi. Ini semua penting sebagai bahan bagi evaluasi kurikulum.
Spencer mengemukakan sebuah isi pendidikan yang menjadi tujuan pendidikan secara komplet dalam kehidupan. Ini erat kaitannya dengan berbaga jenis kegiatan dalam kehidupan.

2. Pendekatan Sistem
Dalam pendekatan sistem, semua komponen terlibat termasuk juga semua komponen manusia yang bertanggung jawab dalam proses evaluasi. Komponen-komponen evaluasi tersebut terdiri atas komponen kebutuhan dan feasibility, komponen masukan, komponen proses dan komponen produk. Keempat komponen ini mesti menjadi landasan pertimbangan dalam mengevaluasi kurikulum secara sistematis.
Dengan demikian, memang dapat kita bedakan dengan cara menilai kurikulum gaya lama. Penilaian kurikulum gaya lama hanya menitik beratkan penilaiannya pada aspek produk, yakni menilai sejauh mana terjadi perubahan perilaku pada diri siswa. Kita lupa bahwa perubahan perilaku itu bergantung pada faktor masukan, misalnya entering behavior pada diri siswa, dan faktor proses, yakni bagaimana prosedur instruksional itu dilaksanakan dan siapa yang melaksanakannya. Jadi ketiga komponen itu saling mengait.

Pendekatan evaluasi kurikulum ada 2 metode yang digunakan :
1. Metode kuantitatif
Pendekatan ini lebih menekankan pada paradigma bahwa suatu variabel/gejala dapat digambarkan secara teoritik.
Langkah-langkah dalam pendekatan kuantitatif
1. Perumusan masalah
Merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-batasnya dan mengidentifikasikan faktor-faktor yang berhubungan di dalamnya.
2. Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis.
Merupakan argumentasi yang menjelaskan kaitan yang mungkin terdapat antar berbagai faktor terkait dan membentuk konstelasi masalah. Kerangka berfikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis yang teruji kebenarannya dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang relevan dengan permasalahannya.
3. Perumusan hipotesis.
Merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap jawaban dari pertanyaan yang diajukan dan bahannya merupakan kesimpulan dari pengembangan kerangka berfikir.
4. pengajuan hipotesis
merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan dan untuk membuktikan bahwa fakta-fakta tersebut mendukung dan menolak hipotesis.

5. Penarikan kesimpulan
Merupakan penilaian apakah hipotesis ditolak atau diterima.
2. Metode kurikulum
Metodologi penelitian dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Oleh sebab itu penelitian ini disebut metode kualitatif. Metode ini berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan. Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.
Responden dalam metode ini berkembang terus secara bertujuan sampai data yang dikumpulkan dianggap memuaskan. Alat pengumpulan data atau instrumen penelitian dalam metode kualitatif ialah si peneliti sendiri. Jadi penelitian merupakan key instrument, dalam mengumpulkan data si peneliti harus terjun sendiri ke lapangan secara aktif. Teknik pengumpulan data yang sering digunakan ialah observasi partisipasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik angket tidak digunakan dalam pengumpulan data.
Langkah-langkah penelitian kualitatif
Sebenarnya tidak ada langkah yang baku dalam penelitian kualitatif. Karena langkah-langkahnya tidak linier seperti dalam penelitian kuantitatif, melainkan sirkulasi, sehingga dapat dimulai dari manapun.
Jadi, dalam penelitian kualitatif, langkah-langkah penelitian tidak dapat ditentukan dengan pasti seperti halnya penelitian kuantitatif, karena langkah-langkah dalam penelitian kualitatif tdak mempunyai batas-batas yang tegas. Tidak terdapatnya batas yang tegas ini disebabkan desain dan fokus penelitiannya dan berubah-ubah atau bersifat emergent. Walaupun demikian langkah-langkah penelitian kualitatif dapat dibagi atas :
a. orientasi melalui bacaan, wawancara ke lapangan
b. eksplorasi, yaitu mengumpulan data berdasarkan fokus penelitian yang sudah jelas.
c. Member check, yaitu memeriksakan laporan sementara penelitiannya kepada reponden atau kepada pembimbing.
Tujuan member check ini ialah agar responden dapa memberikan informasi baru lagi atau responden dan pembimbing dapat menyetujui kebenaranya, sehingga hasil penelitian lebih dapat dipercaya.
Walaupun demikian tidak terdapat langkah-langkah yang pasti, untuk langkah-langkah setiap penelitian :
1. Studi pendahuluan
Berguna untuk menjajaki keadaan di lapangan, masalah apakah kiranya yang layak dan penting untuk diteliti. Masalah pada mulanya sangat umum, kemudian mendapatkan fokus yang ditujukan pada hal-hal yang lebih khusus. Tetapi fokus itu masih dapat berubah.
2. Pembuatan pradesain penelitian
Penelitian tidak bertujuan untuk menguji atau membutikan teori seperti dalam metode kuantitatif, melainkan untuk dikembangkan yang akhirnya menelorkan atau menemukan teori baru berdasarkan data yang didapatkannya di lapangan
3. Seminar Prasedain
Setelah pradesain selesai dibuat, maka perlu diseminarkan. Seminar ini berguna untuk mendapatkan umpan balik terhadap hal-hal yang perlu mendapatkan perbaikan. Dan setelah pradisain mendapat persetujuan pembimbing, barulah peneliti terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data yang relevan.
4. Memasuki Lapangan
Langkah awal dalam usaha memasuki lapangan ialah memilih lokasi situasi sosial. Setiap situasi sosial mengandung unsur; tempat, pelaku dan kegiatan.
5. Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan meliputi tempat, pelaku dan kegiatan.
6. Analisis Data
Data harus dianalisis setelah dikumpulkan dan dituangkan dalam bentuk laporan lapangan. Tujuan analisis data ialah untuk mengungkapkan :
a. data apa yang masih perlu dicari
b. hipotesis apa yang perlu diuji
c. pertanyaan apa yang perlu dijawab
d. metode apa yang harus digunakan untuk mendapatkan informasi baru
e. kesalahan apa yang harus diperbaiki.
Perbedan antara kuantitatif dan kualitatif
Kuantitatif Kualitatif
Latar belakang • Dilihat berdasarkan angka yang terlihat atau data yang sudah ada. • Melalui keadaan yang dilihat berdasarkan kenyataan yang ada. Misal kebiasaan yang terjadi
Rumusan masalah • Mantap • Emergent
Tujuan • Menguji teori
• Mendapatkan hubungan antar variabel
• Generalisasi • Mengembangkan teori
• Mencari makna

• Khusus
Hipotesis • Mantap • Sementara
Penyusunan teori • Logika deduktif • Logika induktif
Waktu penelitian • Cepat/terbatas • Lama/bebas
Sampel • Banyak
• Tetap
• Umumnya acak
• Representatif • Sedikit
• Snowball
• Purposive
• Tidak representatif
Teknik pengumpulan data • Umumnya angket
• Wawancara berstruktur • Observasi partisipasi
• Tidak berstruktur
Instrumen penelitian • Angket, wawancara, dokumentasi, observasi • Peneliti sendiri
Analisis Data • Statistik
• Deduktif
• Setelah data terkumpul • Non-statistik
• Induktif
• Terus-menerus
Hubungan dengan responden • Kurang intim
• Hubungan peneliti-responden
• Jangka pendek • Intim
• Setara

• Jangka panjang
Usulan desain • Mantap
• Projektif
• Langkahnya jelas • Berubah-ubah
• Retrospektif
• Bebas



Selanjang Pandang Perjalanan Kurikulum di Indonesia
a. 1947  pada kurikulum ini menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar bangsa lain di muka bumi ini.
b. 1952  mengarah pada sistem pendidikan nasional. Setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
c. 1964  Pada kurikulum ini pemerintah punya keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga dipusatkan pada panchawardhana.(pengembangan moral, kecerdasan, emosional, keuletan dan jasmani).
d. 1968  kurikulum ini berorientasi pada perubahan struktur kurikulum panchawardhana menjadi jiwa pancasila, pengetahuan dasar dan kecakapan khusus sesuai dengan UUD 1945.
e. 1975  berorientasi pada tujuan, pendekatan integratif, penekanan efisiensi waktu, pendekatan sistem instruksional dan penekanan stimulus respon.
f. 1984  proses pembelajarannya menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran.
g. 1994  kurikulum ini adalah penyempurnaan dari kurikulum 1984 yang tidak memperhatikan isi pelajaran, maka kurikulum ini lebih menekankan pada isi pelajaran.
h. KBK  pengembangan kemampuan untuk melakukan kompetensi-kompetensi tertentu sesuai dengan standar yang ditetapkan.
i. KTSP  kurikulum di Indonesia sekarang menggunakan kurikulum KTSP. Kurikulum ini lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No. 19/2005. akan tetapi esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi.
Untuk mengevaluasi sebuah kurikulum setidaknya perlu diketahui juga komponen apa saja yang perlu dan wajib dan diperhatikan sebelum melakukan evaluasi kurikulum baik dalam pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Komponen kurikulum yang paling mendasar adalah tujuan, materi, metode dan evaluasi. Keempat komponen ini bisa kita jadikan sebagai bahan sasaran dalam mengevaluasi kurikulum.
Misal kita akan mengevaluasi kurikulum yang sekarang sedang digunakan. Yaitu kurikulum KTSP. Pertama identifikasi tujuan apa yang ingin dicapai dan apakah sudah tercapai. Kedua materi apa yang digunakan dan apakah sudah berhasil sesuai dengan cita-cita. Ketiga metode apa yang digunakan apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan. Terakhir mengenai evaluasi, apakah sudah terlaksana dengan baik. Untuk mengungkapkan semua komponen kurikulum ini apakah sudah dianggap berhasil dibutuhkan pendekatan evaluasi, bisa menggunakan kuantitatif dan kualitatif.
Menurut Jujun S. Sumantri (1988) menyatakan bahwa penelitian kualitatif sebaiknya diikuti oleh penelitian kuantitatif, agar dapat memberikan kenyataan yang lebih akurat yang berguna dalam kegiatan prediksi dan kontrol. Misalnya : kita melakukan penelitian kualitatif telah berhasil menemukan adanya pengaruh peningkatan prestasi belajar dan kompetensi keprofesional guru dalam mengajar terhadap penerapan kurikulum KTSP sekarang. Selanjutnya jika kita diminta memutuskan mana yang perlu mendapat prioritas utama antara kedua faktor peningkatan prestasi belajar dan keprofesional guru yang ada pengaruhnya terhadap penerapan kurikulum KTSP, maka perlu dilanjutkan dengan penelitian kuantitatif.

Dalam mengevaluasi kurikulum ada beberapa pendekatan yang digunakan. Pendekatan tradisional sempat digunakan pada zaman dahulu saat tuntutan zaman yang menekankan pada peserta didik bisa membaca, menulis dan berhitung. Dan akhirnya pada pendekatan sistem yang lebih memperhatikan komponen kebutuhan dan feasibility, komponen masukan, komponen proses dan komponen produk.
Untuk mengevaluasi kurikulum dibutuhkan penelitian mengenai berhasil tidak kurikulum yang telah diterapkan dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif penggunaannya lebih pada aspek angka yang dibuat dalam penelitian ini. Namun beda dengan penggunaan metode kualitatif, lebih pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan. Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.
Jika diterapkan dalam mengevaluasi sebuah kurikulum, kedua metode ini bisa digunakan untuk mendapatkan hasil yang akurat. Untuk mengevaluasi kurikulum perlu diketahui komponen apa saja menyelimuti sebuah kurikulum ini, setelah itu diperlukan metode-metode apa saja yang harus kita ketahui untuk bisa menyimpulkan kurikulum yang dievaluasi.
Hamalik, Oemar. 1993. Evaluasi Kurikulum. Remaja Rosdakarya : Bandung.
Usman, Husaini dkk. 2000. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara : Jakarta.
htttp/www.google.com.evaluasi kurikulum./metode kualitatif&kuantitatif.
http/www.yahoo.com.metode kualitatif & kualitatif.

RADIO SEBAGAI WAHANA PROSES BELAJAR MENGAJAR

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Salah satu media massa yang cukup populer dan menyentuh segala lapisan masyarakat mulai dari tingkat bawah, menengah sampai ke atas adalah media Radio. Radio merupakan media massa yang jumlahnya paling banyak di dunia dan memiliki jangkauan paling luas. Saat ini, terdapat 35.000 stasiun radio di seluruh dunia. Di Indonesia, pemancar radio dapat ditemukan dimanapun, baik di kota-kota besar maupun di pelosok-pelosok desa.
Fungsi radio saat ini tidak hanya sebatas media hiburan saja, tetapi sudah berkembang sedemikian pesatnya. Salah satu fungsi radio yang menarik berbagai segmen umur adalah radio sebagai media penyampai berita. Berbagai berita aktual yang terjadi di dalam negeri maupun luar negeri dapat dengan cepat diketahui oleh masyarakat melalui media radio. Untuk itulah, maka radio sebagai salah satu alternatif media massa patut menjadi pilihan bagi penyebarluasan informasi pendidikan baik formal maupun non formal.
Dalam pendidikan Non Formal memegang peranan yang strategis dalam Sistem Pendidikan Nasional, hal tersebut jelas tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003. Pendidikan Non formal memiliki kelebihan dibandingkan dengan pendidikan formal yaitu adanya keluwesan tempat, sasaran, waktu, program dll. Tapi takkan kalah jauh beda ketika radio dapat dimanfaatkan dalam pendidikan formal untuk menunjang berkembangnya pendidikan di negara Indonesia ini.
Bagi sebagian orang membaca buku merupakan hal yang membosankan. Banyak orang yang mencari cara belajar tanpa harus sering membuka buku, makanya munculah banyak cara atau metode belajar yang asyik. Salah satunya dengan mendengarkan radio. Sekarang radio menjadi salah satu metode belajar selain televisi, terbukti beberapa sekolah mulai dari sekolah dasar sampai menengah atas mencoba memakai metode ini. malahan yang berbagi ilmu adalah siswa-siswanya. karena kita tidak luput dari mendengarkan radio, dan akan lebih mudah mendapatan ilmu dengan mendengar radio. Di beberapa stasiun acara radio juga mempunyai program radio education seperti mari belajar bahasa inggris , disalah satu stasiun radio. Walaupun frekuensi waktu siarannya tidak terlalu banyak, mereka lebih memprioritaskan lagu-lagu, ini angamat disayangkan.
Bagi sebuah sekolah tentunya tidak mudah membangun komunitas sekolah yang dapat merangsang munculnya generasi-generasi bermutu. Sekolah bukan merupakan "pabrik" yang hanya harus mencetak manusia-manusia dengan pengetahuan yang tinggi. Sekolah juga harus dapat memberikan dorongan munculnya manusia-manusia yang bermutu dengan memiliki kecerdasan emosional yang dapat dipertanggung jawabkan.
Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional merupakan bagain yang tidak terpisahkan. Pengembangan ke tiga domain kognitif, afektif dan ranah psikomotor merupakan jenis Kerja sekaligus sebuah karya nyata yang akan menjadi monumental jika berhasil.
Sementara itu perkembangan kehidupan manusia berjalan sedemikian cepat yang baru akan segera saja menjadi usang, digantikan dengan keadaan yang akan sangat jauh berbeda. Oleh karena itu sekolah harus mampu juga memberikan bekal berupa LIVE SKILL. Oleh karena itu, dari masalah yang ada di atas pemakalah mencoba menguak mengenai tema keududukan radio sebagai media dan metode yang digunakan dalam pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka di dapatkan kesimpulan tentang masalah yang akan dirumuskan yaitu :
“Bagaimana Kedudukan Radio Sebagai Salah Satu Media dan Metode yang Digunakan Dalam Pembelajaran”


PEMBAHASAN

Pengertian radio secara umum merupakan alat elektronik yang muncul dari hasil teknologi komunikasi. Melalui alat ini orang dapat mendengarkan siaran dari berbagai penjuru dan peristiwa. Radio pendidikan umumnya tidak digunakan penuh langsung untuk tujuan pendidikan. Di dalam radio pendidikan untuk siaran khusus mengenai pendidikan diatur dengan jadwal. Radio pendidikan mempunyai nilai – nilai tertentu, seperti memberikan berita yang up-to date, menarik minat, jangkauan luas, berdasarkan kenyataan, mendorong kreatif, mempunyai nilai kreatif.
Melalui siaran Radio dapat disampaikan pengajaran secara efektif, menambah pengalaman dan pengetahuan dan menimbulkan motivasi belajar. Bentuk siaran radio dapat berupa ceramah, ceritera, wawancara, sandirwara dll.

Di dalam sebuah pembelajaran proses pendengaran atau mendengarkan adalah hal yang esensial karena di dalam suatu pembelajaran semua indera yang ada pada manusia turut berpartisipasi dan salah satunya adalah indera pendengaran. Berikut ini adalah pendapat – pendapat para ahli mengenai proses pendengaran atau mendengarkan
Pendapat Sanford E. Taylor yang dikuti oleh James W Brown (1983:205) mengatakan bahwa suatu jumlah rata-rata yang tinggi/besar dari hari kerja orang dewasa dilaksanakan dengan mengadakan komunikasi secara verbal dan “pendengaran/mendengar” mengambil sebagian besar dari waktu tersebut, bahkan di Perguruan Tinggi sebagian besar waktu di dalam kelas digunakan melalui proses pendengar/dengan menggunakan indera dengar. Sebuhubuang dengan hal ini dikatakan oleh Heinich, Molendan dan Russel (1982 : 140) mengatakan bahwa para siswa SD dan SMU menghabiskan sekitar 50% waktu untuk mendengarkan pelajaran di sekolah. Di Perguruan Tinggi mahasiswa hampir mencapai 90% dari waktu digunakan untuk mendengarka materi perkuliahan, ceramah, seminar/diskusi.
Dengan demikian hal yang diperlukan diperhatikan dan tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa bagi seorang guru, kehadiran media dengar di dalam kelas tidak boleh diremehkan. Memalui media audio dapat menangkap dan mengerti berbagai suara manudia serta bunyi-bunyi yang ada hubungannya dengan maalah pembelajaran menuju pada pencapaian tujuan pembelajaran tersebut.
A. Manfaat Penerapan Radio Dalam Pembelajaran :
1. Memberikan berita yang up-to date
 Berita radio yang baik yang dipancarkan oleh seseorang atau dengan transcript, umumnya adalah berita – berita yang up - to date, sangat penting dan mempunyai latar belakang tertentu. Karena up – to date ini, maka ia turut melengkapi kekurangan – kekurangan yang ada pada buku-buku pelajaran yang seringkali telah usang. Selain dari itu memperkaya pengalaman dalam bidang-bidang tertentu, misalnya pendidikan, ekonomi, pembangunan, politik dan sebagainya. Semuanya langsung didengar oleh kelas sekalipun jaraknya jauh.
2. Menarik Minat
 Siaran radio menarik minat anak, oleh sebab ia menyajikan masalah-masalah kehidupan sehari-hari dan disampaikan dengan cara yang menyenangkan. Dimana saja dan sedang dalam keadaan apa saja siswa dapat mendengarkannya. Para siswa umunya bersikap reseptif terhadap radio.
3. Beritanya autentik
 Program radio memperikan keterangan-keterangan yang sebenarnya, asli dan dapat dipercaya. Keterangan-keterangan dan pendapat-pendapat yang autentik merupakan pengalaman yang sangat berharga.
4. Berdasarkan kepada kenyataan
 Berita radio pada umumnya berdasarkan kepada hal-hal yang nyata, memberikan gambaran yang jelas, terperinci dan penting. Karena itu berita itu dapat diterima oleh anak sebagai hal yang kongkrit dan mudah dipahami.
5. Mempunyai tinjauan yang luas
 Melalui program radio sesuatu persoalan dapat ditinjau dari berbagai segi. Semua golongan dalam masyarakat dapat mengemukakan pandangannya tentang sesuatu soal secara bebas. Berita-berita tentang masayrakat yang jauh letakknya dapat diketahui melalui siaran radio.

6. Memberikan gamabran yang jelas
 Radio dapat memberikan gambaran yang jelas kepada pendengarnya. Oleh sebab itu ia memberikan latar belakang yang lengkap tentang sesuatu peristiwa atau sesuatu ide baru.
7. Mendorong kreativitas
 Radio, baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat mendorong kreativitas pada anak-anak dalam bidang musik, drama, sajak dan sebagainya. Mereka diberi kesempatan untuk mendengarkan berbagai kreasi orang lain dan karena itu akan menimbulkan atau mempengaruhi juga daya kreativitasnya sendiri. Tentu saja bergantung kepada bakar dan minatnya.
8. Integrasi dan diskriminasi
 Radio berpengaruh terdapat pembentukan pribadi seseorang, menimbulkan ocial adjustment dan ini penting bagi pembentukan seorangw arga negara yang baik. Selain dari itu mendidik anak untukd apat mendiskriminasikan persoalan-persoalan dalam masyarakat. Radio mendorong manusia berfikir rasionil dan komparatif.

B. Pemanfaatan Radio di Dalam Sebuah Pembelajaran
Prosedur penggunaan radio dalam kelas pada umumnya melalui langkah-langkah sebagai berikut : persiapan, penerimaan dan kegiatan lanjutan sebagai follow-up.
Sebelum melakukan kegiatan – kegiatan khusus dalam langkah persiapan ini, maka ada dua hal yang yang perlu diperhatikan, yakni : penggunaan waktu pada siaran dan tempat serta kondisi-kondisi penerimaan.
a) Siaran radio harus memperhatikan dan mempergunakan waktu setepat-tepatnya,
Artinya mulai pada waktu yang tepat dan berakhir pada waktu yang tepat pula. Arti tepat disini ialah sampai pada taraf mempergunakan second. Dengan demikian tidak boleh ada variabilitas dan fleksibelitas. Karena itu biasanya untuk mengatur waktu ini digunakan stop watch. Pengecualian hanya diberikan terhadap acara-acara yang penting yang bersifat nasionl, seperti pidato Presiden. Pengecualian ini akan mengganggu acara siaran biasa.
Pengaturan waktu demikian diperlukan dengan maksud disamping mendidik anak menggunakan waktu sebaik-baiknya tetapi juga untuk kepentingan urutan kontinuitas program. Para pendengar sendiri terhenti bebrapa waktu lamanya berhubung belum tersedia acara siaran lebih lanjut.
b) Tempat harus diatur
Penataan tempat diatur sedemikian rupa misalnya tempat duduk, meja dan sebagainya. Ruangan hendaknya mempunyai fasilitas harus berjalan dengan baik. Pengaturan keras disesuaikan dengan keinginan kelas dan kondisi ruangan. Penempatan alat penerima hendaknya ditempat dimana anak dapat mendengarkan dengan mudah. Hindarkan gangguan – gangguan atau kemungkinan-kemungkinan terjadinya gangguan dari luar ataupun dari dalam kelas sendiri. Tempat dan kondisi ini perlu diperhatikan secara seksama, oleh sebab hal-hal ini akan mempengaruhi belajar.
c) Langkah persiapan
Kegiatan persiapan sebelum mengikuti siaran perlu diadakan oleh guru bersama siswa. Tujuannya ialah agar siaran itu bermanfaat bagi pendidikan mereka. Dalam kegiatan ini memang harus diperhatikan berbagai faktor, seperti : tujuan program, jenis program, dan umur para siswa. Dengan mengikut sertakan siswa dalam perencanaan dimaksudkan agar mereka menyadari tujuan yang hendak dicapai dan untuk itu besedia menerima tugas-tugas individual.
Para siswa diperlukan persiapan untuk menerima siaran,mereka perlu bimbingan dan latihan. Dalam hubungan dengan persiapan ini, maka sebaiknya kelas mengumpulkan berbagai bahan tentang siaran, misalnya : buku petunjuk, buku pegangan dan kalau mungkin skript siaran. Perlu juga agar kelas mempunyai bahan-bahan khusus seperti : daftar nama-nama tempat, konsep, kunci pertanyaan. Dan selain dari itu menyediakan perlengkapan yang mungkin diperlukan seperti : pamplet, gambar-gambar, majalah dan sebagainya yang akan menjadikan siaran itu lebih bermakna. Jadi pada pokoknya dalam langkah persiapan ini guru bersama siswa membuat persiapan sedemikian rupa agar siaran memberikan pengalaman yang bermanfaat bagi kelas dan mendidik anak-anak.
d) Langkah penerimaan
Dalam langkah ini guru dan siswa melakukan kegiatan mendengarkan siawan dengan seksama. Guru harus duduk di depan kelas. Kegiatan-kegiatan guru mungkin berupa membuat catatan-catatan, menulis kata-kata yang baru atau kata sulit, mendemonstrasikan rythme di papan tulis, membuat suatu tanda pada peta dan lain sebagainya. Kegiatan siswa ialah membuat catatan tentang pokok-pokok yang dianggap penting, membuat pertanyaan-pertanyaan, mengikuti demonstrasi, mengadakan apresiasi, menulis kata-kata dan kalimat-kalimat tertentu. Kegiatan-kegiatan dalam langkah ini adalah pelaksanaan dari hal-hal yang telah direncakan sebelumnya.
e) Kegiatan Lanjutan
Langkah lanjutan ini adalah bagian yang penting dalam pelajaran dengan radio. Biasanya dalam petunjuk-petunjuk untuk guru telah digariskan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya. Guru yang efisien akan mengetahui hal-hal apa yang bernilai bagi pendidikan anak. Dalam langkah ini dapat dilakukan berbagai kegiatan, misalnya : diskusi, debate, forum, menarik kesimpulan-kesimpulan, membaca buku-buku, membaca peta, mengadakan trip, interview dengan orang-orang tertentu, dapat juga menulis mengadakan dramatisasi.
Kegiatan pemanfaatan media radio dalam proses pembelajaran ini adalah mengintegrasikan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya dengan yang baru diperoleh setelah memanfaatkan siaran radio.


KESIMPULAN

Radio Pendidikan merupakan alat peragaan auditif yang besar nilainya bagi pendidikan. sebagai alat pembantu, baik dipergunakan di sekolah. Sekolah dapat mengikuti siaran radio yang dipancarkan dari luar mengenai masalah-masalah yang berkenaan dengan pelajaran di kelas, atau apabila fasilitas memungkinkan sekolah dapat juga mendirikan pemancar radio pendidikan tersendiri.
Ada beberapa point yang bisa dimanfaatkan media radio dalam pembelajaran antara lain ; Memberikan berita yang up-to date, Menarik Minat, Beritanya autentik, Berdasarkan kepada kenyataan, Mempunyai tinjauan yang luas, Memberikan gamabran yang jelas, Mendorong kreativitas, Integrasi dan diskriminasi.
Tidak hanya melihat manfaat ada dalam memanfaatkan media radio dalam pendidikan, tetapi juga perlu mengetahui bagaimana penerapan Radio di Dalam Sebuah Pembelajaran Siaran radio antara lain; waktu setepat-tepatnya, Tempat harus diatur, Langkah persiapan, Langkah penerimaan Kegiatan Lanjutan.
Untuk mengembangkan radio sekarang ini khususnya mengenai program – program radio yang berbau dalam pendidikan harus tumbuh kesadaran diri arti pentingnya sebuah radio dalam kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

Latuheru, john D. 1988. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar-Mengajar Masa Kini. Depdikbud Pengembangan Lembaga Pendidikan. Tenaga Kependidikan : Jakarta.
Hamalik, oemar. 1986. Media Pendidikan. Offset Alumni : Bandung.
______________. 1982. Media Pendidikan. Offset Alumni : Bandung.
Sudjana, wana & Rivai, Ahmad. 2002. Media Pengajaran. Sinar Baru Algensindo: Bandung.
Suprijanto. 2007. Pendidikan Orang Dewasa dan Teori Hingga Aplikasi. Budi Aksara : Jakarta.
www.google.\idln_or_id - Pemecahan Masalah Pendidikan.htm.
www.Rengganis_spd_sh@yahoo_com PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GURU SD MELALUI SIARAN RADIO PENDIDIKAN.htm